Gangguan Bipolar

  • Oleh dr. Rizani, M.Ked.

GANGGUAN bipolar dikenal sebagai MDI (Manic-Depressive Illness), merupakan penyakit yang mengancam jiwa karena adanya percobaan bunuh diri yang cukup tinggi pada populasi ini, yaitu 10-15%. Gangguan bipolar sering tidak diketahui dan salah diagnosa bahkan bila terdiagnosa sering tidak terobati dengan adekuat.

Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi cukup tinggi, mencapai 1,3 – 3%. Bahkan prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai 2,6 – 6,5%. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan sama besarnya, terutama pada gangguan bipolar 1. Sedangkan pada gangguan bipolar 2, prevalensi pada perempuan lebih besar. Depresi atau distimia yang terjadi pertama kali pada prapubertas memiliki resiko untuk menjadi gangguan bipolar.

Gangguan bipolar punya prognosis yang relatif baik, terutama untuk gangguan bipolar yang bentuk klasik. Perjalanan penyakit gangguan bipolar sangat bervariasi dan biasanya kronik. Kekambuhan yang terjadi akan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, perkawinan bahkan meningkatkan resiko bunuh diri. Terapi komprehensif (farmakoterapi+intervensi psikososial) diperlukan untuk mencapai kembalinya fungsi semula dan kualitas hidup yang tetap baik.

Gangguan bipolar adalah gangguan mood yang terdiri dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran yang biasanya disertai dg. Padanya riwayat episode depresi.

Penyebab gangguan bipolar sampai kini belum dapat diketahui dengan pasti. Penelitian terdahulu berfokus pada neurotransmitter, seperti norepinefrin, dopamine dan serotonin. Faktor lain yang juga mempengaruhi penyebab gangguan bipolar seperti faktor genetik. 

Suatu studi keluarga menunjukkan, bahwa keluarga tingkat pertama dari penderita gangguan bipolar memiliki resiko 7 kali lebih besar terkena gangguan bipolar 1 dibandingkan populasi umum. Dan faktor penyebab gangguan bipolar lainnya yaitu faktor biokimia, faktor psikodinamik dan faktor lingkungan.

Gangguan bipolar diklasifikasikan menjadi: gangguan bipolar 1, gangguan bipolar 2, siklotimia dan gangguan spektrum bipolar. 

Gejala utama gangguan bipolar ialah mania/hipomania dan depresi. Gejala dari episode mania diantaranya: Abnormalitas suasana hati seperti euforia, peningkatan energi, peningkatan harga diri, penurunan kebutuhan tidur, lebih banyak bicara dibanding biasanya, agitasi psikomotor, memiliki penilaian yang buruk dan mengambil keputusan secara impulsif yang mengarah pada perilaku berbahaya.

Hipomania merupakan episode mania yang lebih ringan dengan gejala yang sama, namun terjadi lebih singkat, biasanya tidak disadari selama 4 hari, karena tidak berbeda secara signifikan dengan kebiasaan normal.

Episode depresi pada gangguan bipolar punya kriteria diagnosis dan karakterisasi yang mirip gejala depresi nonbipolar. 

Gejala-gejala yang muncul di antaranya: Perubahan pola tidur (insomnia atau hiperinsomnia), perubahan pola makan dan berat badan, kelelahan, retardasi atau agitasi psikomotor, perasaan tidak berharga atau rasa bersalah, penurunan konsentrasi, memiliki pemikiran tidak wajar seperti keinginan bunuh diri.

Gangguan bipolar 1, dibutuhkan setidaknya satu episode mania yang berlangsung minimal satu minggu. Dan ciri yang membedakan gangguan bipolar 2 dari gangguan bipolar 1 ialah adanya episode hipomania yang terjadi saat ini maupun sebelumnya. Penderita gangguan bipolar 2 sering mengalami perasaan mudah marah dan sebelumnya tidak memiliki episode mania secara penuh.

Siklotimia merupakan gangguan mood kronik yang berlangsung 2 tahun yang ditandai dengan perubahan suasana hati meliputi gejala hipomania yang tidak memenuhi kriteria gejala depresi.

Untuk diagnosa gangguan spektrum bipolar jika gejala-gejala yang dialami penderita tidak memenuhi kriteria gangguan bipolar 1 dan gangguan bipolar 2 atau gejala-gejala tersebut berlangsung tidak terlalu lama atau terlalu sedikit sehingga tidak dapat didiagnosa gangguan bipolar 1 dan gangguan bipolar 2.

Keberhasilan dalam pengendalian dan pencegahan kambuhnya gangguan bipolar didasari oleh pengendalian stabilitas mood jangka panjang serta pencegahan berlanjutnya episode mania dan depresi.

Mood stabilizer seperti litium, adalah obat pilihan pertama. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu membantu penderita gangguan bipolar untuk mengubah pola pikir dan perilaku negatif. Family Focus Therapy (FTT) yaitu melibatkan keluarga dengan memfokuskan komunikasi dan pemecahan masalah.

Interpersonal dan sosial rhythm therapy yaitu membantu penderita gangguan bipolar meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur aktivitas harian. Pshyco-education yaitu mengajarkan penderita gangguan bipolar mengenal penyakit yang mereka derita dan penatalaksanaannya. Terapi ini membantu penderita mengenali gejala manik maupun depresi sehingga bisa mendapatkan terapi sedini mungkin.

Gangguan bipolar mempunyai prognosis yang relatif baik, terutama untuk gangguan bipolar yang bentuk klasik. Perjalanan penyakit gangguan bipolar sangat bervariasi dan biasanya kronik. Kekambuhan yang terjadi akan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, perkawinan bahkan meningkatkan resiko bunuh diri. []

*) Penulis adalah Wakil Ketua PD Muhammadiyah Buleleng

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *