- Oleh dr. Rizani, M.Ked.
DALAM hukum (fiqih) Islam, berpuasa selama bulan Ramadan adalah kewajiban bagi umat Muslim. Sejak 14 abad yang lalu, umat Muslim menjalankan kewajiban berpuasa Ramadan dalam rangka fiqih. Perintah puasa terdapat dalam Al Quran Surah Al Baqarah 183.
Di luar Ramadan: Tiap makan, organ pencernaan bekerja perlu waktu lebih kurang 8 jam. Pukul 07.00 sarapan pagi, pukul 15.00 organ baru selesai bekerja. Eh pukul 12.00 sudah makan lagi. Dari pukul 12 seharusnya selesai pukul 20.00, makan lagi pukul 19.00.
Konsep puasa itu sehat. Saat puasa: Sahur pukul 04.00, organ bekerja sampai pukul 12.00. Pukul 12.00 – 18.00, organ 6 jam libur. Jika lagi tak ada kerjaan, organ akan melakukan bersih-bersih (autolysis). Inilah kenapa puasa itu sehat. Makin banyak puasa. Makin bersih tubuh, makin sehat.
Dalam kacamata medis, puasa (fasting) memberhentikan asupan makanan tubuh dalam periode tertentu hingga terjadi beberapa proses katabolisme. Beberapa penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan, bahwa puasa merupakan strategi yang efektif untuk mengurangi berat badan, menunda penuaan dan mengoptimalkan kesehatan.
Secara biologis manusia memerlukan asupan nutrisi untuk mempertahankan tubuh, agar berlangsung normal dan terhindar dari penyakit, sehingga pola perilaku makan berjeda 8 – 14 jam.
Dalam 24 jam pertama puasa, glukosa-asam lemak dan glikogen (hormon pada hati dan otot) akan dipakai sebagai sumber bahan bakar. Tapi jumlahnya kurang, jika dibandingkan dengan kebutuhan untuk metabolisme sehari-hari. Selain itu, trigliserida (jaringan lemak) akan dipecah menjadi asam lemak dan keton, yang dipakai oleh jaringan selain otak sebagai bahan bakar. Otak hanya memperoleh energi melalui metabolisme glukosa.
Manfaat Puasa
- Menghemat energi dari protein tubuh
Karena aktivitas selama puasa berkurang, tubuh akan otomatis menghemat energi dari protein. Jika puasa diperpanjang, akan muncul gejala seperti penurunan aktivitas fisik, sehingga meminimalkan konsumsi energi dan penurunan kecepatan metabolisme saat istirahat.
- Menurunkan BB
Puasa yg sudah dibiasakan, akan dapat menurunkan berat badan (BB) tubuh. Masalah utama pengelolaan obesitas (kegemukan) adalah mempertahankan penurunan BB. Kegemukan tidak dapat diatasi hanya dengan membatasi asupan makanan saja, namun perlu respon hormon endogen yang mengatur tingkah-laku makan.
- Kendalikan penyakit akibat pola makan
Puasa berguna mengendalikan penyakit yang disebabkan makan dan pola makan, seperti diabetes, peradangan, dan jantung. Dengan berpuasa sesekali, bisa menurunkan level beberapa faktor risiko berbeda, termasuk tekanan darah, kolesterol, trigliserida dan gula darah.
- Otak memakai asam keton untuk bahan bakar
Otak hanya dapat energi dari glukosa, jika puasa berlangsung terus, tubuh akan kehilangan nitrogen protein > 65% sehingga bisa mengakibatkan sakit. Inilah mungkin rahasia sunah : mengakhiri sahur, dan mengawalkan berbuka.
Riset Puasa
Mark P Mattson, Universitas Johns Hopkins menjelaskan, bahwa hati menyimpan glukosa, digunakan tubuh utamanya otak untuk energi, sebelum berubah menjadi pembakaran lemak. Perlu 10-12 jam untuk menghabiskan kalori di hati sebelum terjadi pergeseran metabolisme untuk memakai lemak yang tersimpan sebagai energi.
Orang yang berupaya menurunkan BB harus berjuang ~ 16 jam bebas kalori. Prof. Mattson telah mempelajari dampak kesehatan puasa intermitten selama 25 tahun, menyarankan cara yang lebih mudah, yaitu metode diet 7:11 dengan berhenti makan pada pukul 19.00 malam, esoknya tidak sarapan dan baru makan pada pukul 11.00 menjelang siang.
Dampak Positif Puasa
- Terhadap imunitas
Pada studi terhadap kelinci ditemukan, bahwa puasa dapat menurunkan stres oksidatif pada organ vital seperti otak dan jantung. Selain itu, puasa dapat tingkatkan kapasitas tubuh memproduksi zat-zat antioksidan untuk melawan radikal bebas.
- Terhadap hormon kenyang (leptin)
Leptin adalah hormon dalam tubuh yang membantu mengatur nafsu makan. Hormon ini mengirimkan sinyal ke otak untuk berhenti makan ketika tubuh merasa kenyang.
Leptin adalah hormon dalam tubuh yang membantu mengatur nafsu makan. Hormon ini mengirimkan sinyal ke otak untuk berhenti. []
*) Penulis adalah Wakil Ketua PD Muhammadiyah Buleleng

